TANAH BUMBU – Pagi baru saja merekah di langit Desa Sebamban Lama ketika suasana di Gedung Serbaguna mulai ramai. Puluhan warga desa berdatangan, sebagian membawa buku catatan, sebagian lagi terlihat berbincang antusias. Spanduk besar di pintu masuk bertuliskan “Inhouse Training Integrated Farming System for Economic Circular 2025” menandai dimulainya sebuah kegiatan yang akan meninggalkan jejak penting bagi perekonomian lokal.
Selama tiga hari, mulai 30 Juli hingga 1 Agustus 2025, Gedung Serbaguna dan Community Learning Center (CLC) PT Borneo Indobara (BIB) menjadi pusat pembelajaran terpadu. Pelatihan ini bukan sekadar memberikan teori, tetapi mengajarkan cara mengintegrasikan pertanian, peternakan, dan pengelolaan limbah menjadi satu siklus ekonomi yang saling menguatkan.
Pelatih utama, Prof. Dr. Ir. Asnath Maria Fuah, MS, pakar peternakan dari Institut Pertanian Bogor, mengaku terkesan dengan jumlah peserta. “Biasanya peserta maksimal 20 orang, tetapi kali ini hampir 70 orang hadir setiap hari dengan semangat luar biasa. Mereka aktif bertanya, mencoba, dan langsung praktik di lapangan,” ujarnya dengan senyum bangga.
Kegiatan pelatihan berlangsung penuh dinamika. Di lapangan, sekelompok peserta mempraktikkan teknik menimbang bobot sapi sekaligus memeriksa kondisi kesehatannya. Tak jauh dari sana, beberapa ibu-ibu sibuk mengolah limbah organik menjadi pupuk kompos berkualitas. Sementara itu, di ruang CLC, peserta lain mempelajari teknik hidroponik sederhana untuk memanfaatkan lahan sempit dalam menanam sayur. Aroma manis madu trigona semerbak memenuhi udara saat sesi panen lebah dimulai, menambah semangat peserta.
Bagi Mursyid, petani sekaligus peternak asal Desa Mangkalapi, pelatihan ini menjadi pengalaman yang membuka wawasan. “Saya baru tahu pentingnya menyiapkan bank pakan untuk ternak. Kalau pakan cukup dan kualitasnya baik, pertumbuhan hewan jauh lebih optimal,” ungkapnya.
Menurut Silvyna Aditia, Empowerment & Development Dept. Head PT BIB, kegiatan ini adalah bagian dari pendampingan jangka panjang terhadap 22 desa binaan di wilayah Ring 1. “Kami mendorong desa agar mandiri secara ekonomi dengan memanfaatkan potensi lokal melalui konsep ekonomi sirkular. Bukan hanya bertani atau beternak, tetapi menghubungkannya dengan pengelolaan limbah dan teknologi tepat guna,” jelasnya.
Komitmen tersebut diperkuat oleh pernyataan Riadi Simka dari manajemen PT BIB. “Kami tidak sekadar memberikan pelatihan, tetapi membangun ekosistem desa mandiri. Mulai dari transfer ilmu, pendampingan, hingga memfasilitasi pusat belajar di CLC. Harapannya, desa-desa ini dapat menjadi motor penggerak ekonomi lokal yang berkelanjutan,” ujarnya.
Pelatihan Integrated Farming ini juga memberikan pemahaman bahwa setiap unsur dalam sistem pertanian dan peternakan saling terhubung. Limbah ternak dapat diolah menjadi pupuk organik untuk pertanian, sementara hasil pertanian dapat menjadi pakan ternak. Dengan memanfaatkan sumber daya secara optimal, desa tidak hanya mengurangi ketergantungan pada pasokan luar, tetapi juga menciptakan siklus ekonomi yang lebih efisien.
Di akhir pelatihan, para peserta tidak hanya membawa pulang sertifikat, tetapi juga pengetahuan, keterampilan, dan semangat baru. Mereka kini memiliki bekal untuk mengaplikasikan konsep pertanian terpadu di ladang dan kandang masing-masing. Lebih dari itu, mereka membawa harapan untuk masa depan desa yang mandiri, sejahtera, dan berdaya saing.
Bagi PT BIB, kegiatan ini menjadi bagian dari komitmen berkelanjutan dalam memberdayakan masyarakat sekitar tambang. Sementara bagi peserta, pelatihan ini menjadi langkah awal untuk mewujudkan impian mereka—menggenggam asa dari ladang dan kandang demi kemajuan desa.